BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Masuknya agama kristen di Indonesia tidak terlepas dari
usaha para misionaris dan misi Zending
(terutama dari dunia barat) pada masa penjajahan. Catatan tertua yang ada
adalah mengenai seorang penginjil Belanda yang bernama Sebastian Danckaerts
yang bekerja di Ambon (1618-1622) dan Jakarta (1624-1634). Di Ambon ia
berkhotbah dalam bahasa Belanda dan Melayu. Terutama ia mementingkan
persekolahan; atas usulnya, tiap-tiap hari pemerintah memberi beras kepada
anak-anak sekolah, sehingga banyak anak tertarik.
Pun dibukanya sebuah sekolah guru untuk melatih
penolong-penolong yang cakap bagi pekerjaan di jemaat dan di sekolah. Dengan
karangannya tentang keadaan agama Kristen di Ambon, Danckaerts menghidupkan
perhatian Gereja Belanda terhadap Pekabaran Injil. Tambahan pula, ia berusaha
mendapat tata gereja yang teratur bagi jemaat-jemaat di Indonesia, tatkala ia
berlibur di Belanda.
Beratus tahun kemudian, Agama Kristen terus tumbuh dan
berkembang. Saat ini, banyak gereja berdiri sebagai respon atas tumbuh dan
berkembangnya kekristenan di Indonesia. Sayangnya, tidak seperti di negara-negara lain, yang memiliki
pusat informasi / Christian Center,
gereja – gereja di Indonesia tidak memilikinya. Hal ini dikarenakan agama
kristen merupakan agama minoritas. Akibatnya, banyak gereja yang justru tidak
saling mengenal satu sama lain. Misalnya, gereja-gereja beraliran Betel, yang
bukan merupakan anggota PGI, terkesan terpisah dari gereja-gereja tradisional yang merupakan anggota PGI.
Karenanya,
keberadaan Christian Center ini
dirasa perlu untuk menjembatani “jurang
“ yang selama ini ada. Sekaligus, Christian
Center ini dapat berfungsi sebagai
pusat informasi kekristenan bagi masyarakat kota Bandung..
1.2
Maksud dan
Tujuan
Maksud
didirikannya wadah ini adalah sebagai :
1. tempat permusyawaratan dan usaha bersama
menuju keesaan gereja di Indonesia
2. sebagai hasil dari gerakan oikumene
3. sebagai wadah dari wadah oikumene
4. sebagai alat dan sarana dari gerakan oikumene
1.3
Rumusan Masalah
1.
Siapakah yang pertama kali
mengembangkan agama Kristen di Indonesia?
2.
Siapakah penginjil yang tertua?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Lahirnya Agama Kristen di Indonesia
Agama
Kristen pertama kali lahir di Yerusalem yang pada
saat itu bagian dari Kekaisaran Romawi. Agama Kristen adalah sebuah agama yang
berdasar pada ajaran Yesus Kristus atau Isa Almasih. Inti ajaran Yesus Kristus
adalah cinta kasih terhadap Tuhan dan antar sesama manusia. Para pengikut Yesus
disebut Kristen. Tempat
beribadah agama Kristen disebut gereja
dan Kitab Sucinya adalah Alkitab atau Kitab Suci.
Perkembangan agama Kristen pada
awalnya tidak berjalan dengan baik. Para penganut Kristen dikejar-kejar oleh
penguasa Romawi. Agama Kristen mulai berkembang tanpa adanya ancaman pada masa Kaisar Konstantin I. Pada masa Kaisar Theodosius I agama Kristen
kemudian dijadikan agama resmi
Kekaisaran Romawi.
Agama Kristen berkembang pesat
pada Abad Pertengahan di Eropa. Kekuasaan
gereja mengalami penurunan ketika Eropa memasuki Abad Pencerahan. Pada abad tersebut agama Kristen berkembang ke
seluruh wilayah Eropa, yang kemudian diajarkan ke seluruh dunia bersamaan dengan
penjelajahan dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, penganut agama Kristen
terbagi menjadi Kristen Katolik dan Kristen Protestan
Masuknya
agama Kristen Katolik ke Indonesia seiring dengan masuknya bangsa Portugis dan
Spanyol ke Indonesia Pada tahun 1321, seorang pastor bernama Odorico de
Pordonone pernah singgah di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Pada tahun 1347,
seorang pastor lain bernama Joao de Marignolli juga pernah datang ke wilayah
Indonesia. Agama Katolik masuk ke Maluku dirintis oleh saudagar Portugis
bernama Gonsalo Veloso dan seorang pastor bernama Simon Vaz. Pada bulan juni
1546, seorang pastor asal Spanyol bernama Fransiskus Xaverius. Ia menyinggahi
Malaka kemudian berkunjung ke daerah Ternate, Tidore, dan Halmahera. Ia terus
berkarya hingga bulan April 1547.
Masa-masa
berikutnya, banyak berdatangan para misionaris dari kongregasi Fransiskan
(OFM), Dominikan, Jesuit (SJ), dan Serikat Sabda Allah (SVD). Selain
menyebarkan agama, mereka juga membangun sekolah-sekolah, gereja, dan rumah
sakit. Agama Katolik dengan cepat berkembang di berbagai wilayah terutama
daerah-daerah yang tidak terpengaruh agama Islam. Di antaranya sebagian
Sumatra, Timor, Flores, daerah pedalaman Pulau Jawa, dan Kalimantan (Pontianak,
Palangkaraya, dan sekitarnya).
Penyebaran
agama Kristen Protestan (lebih sering disebut agama Kristen saja) di Indonesia
berlangsung setelah kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Penyebaran agama
Kristen di Indonesia dilakukan oleh kelompok penyebar agama (zending) asal
Belanda seperti NZG (Nederlandsch Zendelings Genootschap). Sumatra Utara pada
tahun 1824 didatangi dua orang Amerika yang bernama Burton dan Ward. Kedua
orang ini berhasil masuk ke Silindung di Batak Toba. Pada tahun 1853, seorang
pendeta dari Belanda yang bernama Van der Tuuk berhasil masuk dan menetap di
daerah penduduk Batak. Pada tahun 1861, seorang Belanda lain bernama G. van
Asselt berhasil masuk ke Tapanuli Selatan. Pada tahun 1861, Nommensen dari
Jerman juga masuk ke tanah Batak.
Di Pulau
Nias, agama Kristen baru masuk pada tahun 1861 dan terbatas di sekitar Sitoli. Di
Kalimantan, para penginjil CAMA (Christian Missionary Alliance) masuk sekitar
tahun 1905. Mereka kemudian masuk ke Kalimantan Timur lalu ke Kapuas Besar di
Kalimantan Tengah pada tahun 1933. Di Sulawesi dan Maluku, zending Belanda
masuk sekitar tahun 1866. Pada tahun tersebut mereka masuk Halmahera. Dua tahun
kemudian mereka masuk ke Minahasa. Pada tahun 1879, mereka masuk ke
Sangir-Talaud. Pada tahun 1891, dua orang ahli bahasa dari perkumpulan gereja
Belanda (NZG), yakni A.C Kruyt dan N. Adriani masuk Gorontalo. Kruyt kemudian
pindah ke Poso pada tahun 1892.
2.2 Cabang-Cabang
Utama
Agama Kristen termasuk banyak
tradisi agama yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga kepercayaan dan
aliran yang jumlahnya ribuan. Selama dua milenium, Kekristenan telah berkembang
menjadi tiga cabang utama:
* Katolik (denominasi tunggal
Kristen terbesar, termasuk Gereja Katolik ritus Timur, dengan satu koma dua
milyar penganut total, lebih dari setengah dari jumlah total penganut agama
Kristiani)
* Protestanisme (terdiri dari
berbagai macam denominasi dan pemikir dengan berbagai macam penafsiran kitab
suci, termasuk Lutheranisme, Anglikanisme, Calvinisme, Pentakostalisme,
Methodis, Gereja Baptis, Karismatik, Presbyterian, Anabaptis, dsb.)
* Ortodoks Timur (denominasi
tunggal Kristen terbesar kedua, dan merupakan denominasi Kristen terbesar di
Eropa timur)
Selain itu ada pula berbagai
gerakan baru seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh,
Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai aliran yang muncul pada akhir abad
ke-19 maupun abad
2.3 PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN DI INDONESIA
Perkembangan
Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu:
1.
Sebelum kolonialisme Belanda
Agama Katolik
untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di
Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di
dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik
tertua di Indonesia
2.
Saat kolonialisme Belanda
Kristen
Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian
diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba
pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk
eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo
Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun
ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir
misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran
Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme
dan Lutheran.
Perkembangan
Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan
ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman
Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang
berbahasa Indonesia (bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda
untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler
dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran
agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC
mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan
penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari
Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama
Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk
mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan
misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di
Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah
3. Setelah
kolonialisme Belanda
Pada abad ke
20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai
berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika
terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat
itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah.
Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan
demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis. Saat itu, gereja
dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari
orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang
merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah
mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.
Pada akhir
abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan
aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut
"Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern"
karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada
jaman ini
2.4
Sejarah Kekristenan di Indonesia
2.4.1 Sejarah Kristenisasi oleh Agama Protestan
A. Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada
tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan Schwarz ke Minahasa.
Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di
Tomohon dan pada tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen).
Kristenisasi di Minahasa itu ditangani dan dibeayai oleh Nederlandse
Zendelinggenootschap yang didirikan di Rotterdam tahun 1787. Pada tahun 1882 di
Minahasa juga didirikan asrama dan sekolah khusus bagi anak-anak pegawai negeri
serta orang-orang terkemuka. Semua sekolah tersebut mendapat subsidi dari
Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1888 mereka mendirikan percetakan untuk
mencetak buku-buku, selebaran dan sebuah surat kabar yang bernama, “Cahaya
Siang.”
B. Di kepulauan Sangihe dan Talaud bangsa Portugis telah
lebih dahulu menyiarkan agama Kristen. Pekerjaan ini kemudian diambil alih dan
diteruskan oleh bangsa Belanda di Ambon dan Maluku dipelopori antara lain oleh:
J. Kam pada pertengahan abad ke 19 juga. Dia adalah utusan dari Nederlandse
Zendinggenootschap tersebut. Kemudian mereka luaskan sampai ke pulau Buru.
Adapun daerah Sulawesi Tengah dan Tenggara kristenisasi dilakukan oleh Bala
Keselamatan atau Leger des Heils, sedang Gereformeerde Zendingbond mengirimkan
pendeta Van Den Loodrecht ke Luwuk pada tahun 1913. Di Bolaang Mongondow
pengkristenan dilakukan oleh Nederlandse Zendinggenootsehap. Pada tahun 1904
seorang raja meminta kepada Zending itu untuk mendirikan sebuah H.l.S. disana.
Sekolah ini terlaksana pada tahun 1913. Perkumpulan De Nederlandse
Zendingvereniging yang semula diberikan tugas mengkristenkan Jawa Barat, pada
tahun 1915 juga beroperasi di Sulawesi Tenggara.
C. Kristenisasi di Jawa Timur dipelopori oleh seorang tukang
jam bangsa Belanda di Surabaya yang bernama Emde dan seorang tuan tanah bernama
C. Coolen kira-kira pada tahun 1840. Empat tahun kemudian pengikut mereka
berhasil membentuk sebuah desa Keristen di Mojowarno di mana dewasa ini berdiri
sebuah rumah sakit Kristen yang amat besar dan modern. Pada tahun 1848 seorang
zendeling lagi yaitu E.J. Jellesma datang ke Surabaya lalu ke Mojowarno. Dengan
dibantu oleh seorang guru Injil Paulus Tosari didirikannya sebuah Kweekschool
yang kemudian terpaksa ditutup pada tahun 1858. Tetapi pada tahun 1500 dapat
dibuka kembali. Murid-murid dari pengikut C. Coolen menyebarluaskan agama
Kristen ini sampai ke Pasuruan dan Kediri. Kemudian berdatangan para zendeling
dari negeri Belanda untuk menyebarkan agamanya di tengah-tengah umat Islam.
Mereka mendirikan rumah sakit rumah sakit di banyak tempat di samping rumah
sakit besar Mojowarno.
D. Di Jepara tinggal seorang bernama Tunggul Wulung yang
terkenal dengan julukan Kiyahi Berahim. Dia adalah seorang petapa yang mengaku
telah mendapat wahyu dari Allah lalu masuk Kristen. Tetapi kemudian dia
campur-adukkan kepercayaan Kristen dengan Islam dan animisme, akhirnya dia
tidak diakui lagi oleh gereja. Ada pula seorang santri bernama Sadrah, yang
berhasil ditarik memeluk agama Kristen oleh seorang zendeling yang bernama
Hoezoo. Sadrah kemudian mengembara hampir ke seluruh tanah Jawa dan banyak
bertemu serta berwawancara dengan penyebar agama Kristen lainnya. Di Jakarta,
dahulu Batavia, dia bertemu dengan MR. F.L. Anthing, bekas pejabat tinggi
kehakiman di Semarang yang telah pindah ke Jakarta, Dia ini sangat besar
jasanya dalam pernyebaran Kristen. Tahun 1867 Sadrah dibaptiskan dan dua tahun
kemudian dia dipindahkan ke Purworejo untuk menyiarkan Kristen bekerja sama
dengan nyonya Philips. Tahun 1870 pindah ke desa Karangjasa dekat Bagelen dan
terus giat menyebarkan agamanya dan memimpin kaum Kristen Jawa. Dari sana
Kristenisasi diperluas oleh Dewan Gereja (Gereformeerde Kerken) ke Banyumas dan
Kedu lalu meluas ke Yogyakarta dan Surakarta.
E. Adapun di Sumatera pekerjaan zending dapat dikatakan
dimulai pada tahun 1890 di dacrah Sumatera Pasisir Timur. Pada tahun 1894
mereka sampai ke utara Danau Toba daerah Batak Karo. Pada tahun 1915 mereka
dirikan rumahsakit di bawah pimpinan seorang Zuster bangsa Belanda. Pulau Nias
dimasuki pada tahun 1866 oleh para zendeling dari perkumpulan Rheinische
Missionsgeselschaft, yaitu gabungan zending yang berdiri pada tahun 1823 dan
berpusat di Barmen wilayah Dusseldorf, Jerman. Mereka juga melebarkan sayap ke
Pulau Mentawai dan Enggano. Rheinische Missionsgeselschafe ini juga beroperasi
di pulau Kalimantan sebelah Selatan dan Timur untuk mengkristenkan suku Dayak.
Pada tahun l904 kelihatan kemajuannya di Kuala Kurom dan Kahayan Hulu, lalu
meluas dengan pesat.
2.4.2 Sejarah Kristenisasi oleh agama Katolik
A. Pada tahun 1902 di Batavia
(Jakarta) mulai didirikan Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tetapi agama
Katolik telah masuk ke Indonesia jauh sebelum itu. Pada abad ke 16 agama ini
telah memasuki kepulauan Maluku, Ambon, Ternate, Solor dan Nusa Tenggara.
Penyebarannya mula-mula dilakukan oleh bangsa Portugis yang menguasai kepulauan
itu. Pada tahun 1546 seorang Apostel (muballigh) dari India juga datang ke
sana, bernama Fransiscus Xaverius. Dia berhasil menarik simpati pemerintah
Portugis dan penduduk asli. Tahun 1605 pulau Ambon dapat ditaklukkan. Pada
waktu itu di Ambon telah ada 4 buah gereja dan sekitar 16.000 orang beragama
Katolik.
B. Agama Katolik memasuki Sulawesi
dari Makasar, dan itu semua dilakukan oleh pengikut madzhab Dominicus Orde (H.
Dominicus hidup tahun 1170 – 1221) dan pengikut madzhab Yesuiten Orde. Madzhab
Yesuit ini pada mulanya didirikan oleh seorang bangsawan Spanyol bernama
Ignatius Loyola yang lahir tahun 1491. Dia adalah penganut aliran mistik dalam
agama Katolik. Dalam peperangan melawan Perancis mendapat cedera yang
mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup. Mistiknya bertambah menebal dan mendapat
banyak pengikut. Pada tahun 1529 dibentuknya di Paris suatu jama’ah yang
dibai’at untuk mengabdi kepada Paus dan menyebarluaskan agama Katolik, Tahun
1539 semua anggota jama’ah dilantik menjadi pastor dan tahun 1560 Paus Paulus
III meresmikan jama’ah ini sebagai Jamaah Yesus atau the Society of Yesus.
Jamaah terus berkembang maju dan bersama Orde Yesuit.
C. Gerakan agama Protestan yang
sangat memusuhi Gereja Katolik berhasil menghancurkan kedudukan Missie Katolik
di India sejak abad ke 17. Tetapi revolusi Perancis telah menyebabkan
terjadinya pergolakan politik di negeri Belanda yang mengakibatkan hancurnya
pusat Zending Protestan dan bangkitnya kembali Missie Katolik, serta menjadi
sangat kuat. Setelah jazirah Malaka dikuasai oleh bangsa Belanda dan kekuasaan
mereka di Indonesia bertambah mantap, maka secara bertahap penyebaran agama
Katolik di Sulawesi diambil-alih oleh bangsa Belanda, yaitu pada tahun 1807.
Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 1904 Pusat Missie Katolik di negeri Belanda
mengirimkan 2 orang utusannya ke Jakarta yaitu Jacob Nellisen dan Lambert
Prinsen. Kedudukan Missie dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada
tahun 1834 di Padang ditempatkan seorang pastor. Sejak tahun 1808 hingga 1845
mereka hanya mampu menempatkan 16 orang pastor itupun akhirnya hanya tinggal 4
orang.
D. Dalam Perang Diponegoro
(1825-1830) ditengah-tengah tentara Belanda ditempatkan seorang Pastor bernama
Scholtes. Dia mengadakan perjalanan inspeksi sampai ke Sulawesi dan Maluku
kemudian melaporkan hasil penyelidikannya kepada Paus. Berdasarkan laporan itu
Paus menganggap sudah tiba waktunya untuk membantu dan meningkatkan Missie
Katolik di Indonesia menjadi Vicariat (perwakilan), lalu mengirimkan Mgr. Jacob
Croaff selaku pemimpinnya. Pada tahun 1848 dia digantikan oleh Mgr. Peterus
Maria Francken dengan dibantu oleh 5 orang pastor. Di bawah pimpinannya, missie
ini mendapat kemajuan. Dari pulau pulau yang jauh letaknya berdatangan
permintaan dari umat Katolik yang hidupnya terpencil. Akhirnya pada tahun 1859
kaum Yesuiten membantu dengan mengirimkan missionaris ke pulau Jawa lalu
menempatkan mereka di Flores dan kepulauan lainnya.
E Kemajuan Missie Katolik
bertambah pesat setelah pada tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr.
Claessen yang sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di Cirebon,
Magelang, Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra di Medan dan Tanjung Sakti.
Di Kalimantan dibangunnya pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Demikian
juga Makassar, Menado, Tomohon, Seram, Flores, Irian, Kendari, Sumbawa dan
Timor. Claessen digantikan oleh Vicarius Apostoles M.J. Staal, kemudian pada
tahun 1898 oleh Mgr. E.S. Luypen S.J. Sejak masa itulah agama Katolik mulai
berkembang di pulau Jawa orang Jawa sukar untuk dirubah agamanya. Mereka
beragama Islam dan tidak mau dikatakan tidak Islam, walaupun mereka tidak atau
kurang menjalankan
syari’ahnya. Missie mengambil
jalan lain yaitu dengan mendekati anak-anak mereka yang pada umumnya hidup
kekurangan. Untuk mereka didirikan sekolah-sekolah dasar dengan percuma, bahkan
dengan diberinya alat-alat serta pakaian yang diperlukan. Kanak-kanak itulah
yang berangsur di-Katolik-kan, dan itu terjadi sejak akhir abad ke 19. Maka
dapatlah dikirakan bahwa banyaknya jumlah orang Jawa yang beragama Katolik
adalah akibat karena mereka dahulu bersekolah di sekolah-sekolah Katolik.
F. Pangkalan Missie untuk Jawa
Tengah yang pertama ialah Muntilan dan Mendut di mana sejak dahulu telah
berdiri sekolah Katolik. Sekarang Mundlan menjadi pusatnya agama Katolik,
kemudian Yogyakarta pun dipenuhi oleh sekolah mereka. Guru-guru tamatan
Muntilan dikirim ke luar daerah dan banyak pula yang berdinas di sekolah
Pemerintah (Gubernemen). Dari tahun ke tahun mereka terus mendapat kemajuan.
Sekolah bertambah banyak terutama sekolah Pendidikan Guru. Rumah Sakit dan
Rumah Yatim juga dibangun, sehingga kelihatannya memang benar-benar menguasai
lapangan sosial dan pendidikan. Pada akhir tahun 1923 sekolah mereka berjumlah
52 buah dengan 5.840 orang murid. Mereka memiliki surat kabar seperti Mingguan
Java Post, Sociaal Leven En Streven, Katholik Schoolblad Van Nederlands Indie
dan De Indische Voorhoede. Dalam bahasa Indonesia yakni Gereja Katholik serta
dalam bahasa Jawa Swara Tama. Di samping itu mereka dirikan sebuah percetakan
di Yogyakarta pada tahun 1922. Untuk keperluan jalannya Missie Katolik beserta
segala usahanya, mereka menerima bantuan keuangan dari negeri Belanda, yang
diberikan oleh Dana St. Claverbond yang berdiri tahun 1889 dan oleh berbagai
perkumpulan missie antara lain De Indische Missie Vereniging. Rupanya kaum Katolik
tidak hanya berjuang dalam penyiaran agama, pendidikan, pengajaran, sosial
serta pendirian gereja-gereja, tetapi juga berjuang dalam bidang politik. Pada
tahun 1918 mereka telah mendirikan sebuah partai politik dengan nama De
Indische Katholieke Partij.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Setelah Tuhan Yesus naik ke surga,
para rasulpun pergi ke seluruh penjuru dunia, dan Tuhan turut bekerja dan
meneguhkan firmanNya dengan tanda-tanda yang menyertai para rasul.
Rasul-rasul itu pergi mewartakan
Injil menurut data dan tradisi non-biblis ke daerah-daerah sebagai berikut:
-
ke arah Barat Laut: Turki, Yunani, Italia, yakni Petrus dan
Paulus, Barnabas, dan penginjil Lukas;
-
ke arah Barat: Siprus dan Turki, yakni Yohanes (di Efesus dengan
Santa Maria);
-
ke arah Barat Daya: Mesir (Alexandria), yakni rasul Simon dan
penginjil Markus;
-
ke arah Utara jauh: Armenia, Georgia, Rusia Selatan, yakni Andreas
dan Filipus;
-
ke arah Timur: dekat Siria;
-
di Yerusalem atau Yudea: Yakobus Tua dan Yakobus Muda,
kedua-duanya uskup Yerusalem.
Santo
Thomas yang tadinya kurang percaya, mewartakan Injil di daerah paling jauh dari
tanah airnya. Menurut data sejarah pasti, rasul Thomas mewartakan Injil sampai
di India Selatan sekitar tahun 70. Berabad-abad lamanya umat Kristen kecil
berkembang di India Selatan, di mana sejak dulu ada kontak perdagangan dengan
Sumatera Utara, khususnya dengan daerah Baros atau Sibolga. Rupanya ketika itu
belum ada pelabuhan Belang di Sumatera Utara. Nah, lewat saudagar dari India
itu agama Kristen Katolik mulai diwartakan di Sumatera Utara (Indonesia).
Gereja
Kristen mulai ditanam di daerah Tapanuli di Sumatera Utara sebelum tahun 600
oleh saudagar dari India yang menamakan diri Thomas Christians.
Pasti banyak orang, pun orang
Kristen, sangat heran membaca penegasan ini yang sangat bertentangan dengan
bahan indoktrinasi umum. Memang di sekolah, kita biasa mendengar bahwa gereja
Kristen Indonesia dibawa ke bumi Indonesia sekitar tahun 1530 oleh misionaris
Portugis dan Spanyol.
Kekeliruan
ini tidak disebarkan dengan sengaja oleh golongan tertentu melainkan disebabkan
oleh karena fakta mengenai misi perdana di Tapanuli, baru pada akhir abad lalu
mulai diketahui oleh Dr. Jan Bakker SJ, mantan dosen di Yogyakarta, yang
sebagai mahasiswa mempelajari agama Islam dan sejarahnya di Beirut, Libanon. Ia
menemukan tulisan dari seorang ilmuwan Islam, bernama Shaykh Abu Salih
al-Armini. Dia menulis semacam ensiklopedi tentang segala gereja dan wihara
serani di seluruh dunia Timur. Bahan historis itu mengenai kira-kira 900 tempat
ibadah Kristiani di Afrika dan Asia, antara lain di Sumatera Utara. Judul
bukunya ialah “Tadhakkur fiha Akhbar min al-Kana’is wa’l-Adyar min Nawahin
Misri w’al Iqtha’aihu”, artinya “Daftar berita tentang gereja-gereja dan
pertapaan-pertapaan dari provinsi-provinsi di Mesir dan tanah-tanah di
luarnya”.
Dalam
buku itu terdapat suatu kutipan tentang Fansur dan Baros di Sumatera Utara
sebagai berikut: “Fansur, di sana terdapat banyak gereja dan semuanya adalah
dari “Nasara Nasathirah” (Nasrani = Serani = Kristiani), dan dengan demikian
keadaan di situ. Dan dari itu berasal kapur Baros dan bahan itu merecik dari
pohon. Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama Bunda Perawan Murni
Maria”.
Shaykh
Abu Salih al-Armini pada abad kesebelas tidak menerangkan dari mana berasal
orang Kristiani itu, tetapi sesudah diselidiki lebih jauh, Agama Kristiani
dibawa ke Tapanuli oleh orang India Selatan dimana rasul Santo Thomas
mewartakan kabar gembira pada mereka sekitar tahun 70.
Ada
dua konfirmasi tak langsung dari sejarah ini:
-
Pada tahun 1975 sudah pernah seorang pastor dari Gereja Thomas
Christians mengunjungi Seminari Pineleng, bukti bahwa umat yang digembalakan
rasul Thomas, masih hidup sampai sekarang dengan beberapa juta anggota di India
Selatan.
-
Pastor Jan Van Paassen MSC bersama almarhumah Yangky Turang B.A.
sudah pernah mengunjungi adik kandung Suster Jeannette van Paasen di Pematang
Siantar. Pada tahun 1992, rombongan kami membuat tur wisata ke daerah Baros di
Tapanuli dan sampai pada tempat penguburan banyak orang India yang rupanya
beragama Hindu dari sekitar tahun 500. Tempat ini dipelihara dengan baik oleh
pemerintah provinsi Sumatera Utara.
Menurut
Dr. J. Bakker SJ yang menemukan kutipan mutiara ini, ‘Fansur’ itu sama dengan
‘Pancur’, dekat Baros di Tapanuli. Dia juga membuktikan bahwa nama agak aneh
“Nasara Nasathirah” berarti: orang Kristen Katolik dari Siria Timur atau
Khaldea, yang ada sampai sekarang di Siria dan Irak. Kemudian ternyata pula
bahwa dalam arsip Vatikan tersimpan surat-surat tentang pengangkatan
uskup-uskup di Asia Timur itu, a.l. di Tiongkok, Malaysia dan Sumatera Selatan.
Sampai abad ke-14 masih ada berita tentang orang Kristen di Sumatera dan
Malaysia.
Bisa
diringkaskan bahwa antar tahun 600-1350 ada orang Kristen di bumi Indonesia. Sayang
bahwa sesudah 1350 tiada lagi berita, sehingga umat Kristen perdana itu rupanya
“menguap” di dalam sejarah, tanpa ada bekas atau keturunan.
Sejauh
yang diketahui belum pernah di bumi Indonesia dirayakan suatu Yubileum untuk
mengenangkan Gereja Kristen perdana di daerah Tapanuli sekitar tahun 600.
Sebabnya ialah bahwa sampai sekarang kini hampir tidak ada data selain
penegasan dari Shaykh Abu Salih al-Armini bahwa sudah ada banyak gereja dan
bahwa di kota Fansur sendiri ada sebuah gereja yang ditahbiskan kepada Bunda
Perawan Murni Maria. Tambah lagi bahwa di perpustakaan Vatikan terdapat sebuah
peta Asia, dimana diberi tanda di Sumatera Selatan bahwa di sana tinggal
seorang uskup. Tetapi belum ditemukan buku Baptis atau buku Ibadah dan
sebagainya dari zaman itu.
Kesimpulannya
ialah dari segala data pasti tetapi kurang terperinci bisa dipastikan secara
positif bahwa pada zaman itu ada umat Kristiani di bumi Indonesia. Namun,
dengan kepastian yang sama bisa ditegaskan bahwa pada zaman itu belum ada penginjilan
di Sulawesi antar tahun 600-1300. Ketika itu Gereja Kristen sudah mulai
berkembang di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan, seperti dilaporkan oleh J.
Bakker SJ dalam buku Sejarah Gereja Indonesia, jilid I. Tetapi tidak ada
satupun data tentang Gereja Kristen di Sulawesi pada abad ke-VII sampai abad
ke-XIV.
Dengan demikian beberapa
kekeliruan umum sekaligus disapu dari meja, ialah:
-
bahwa Agama Kristen di Indonesia adalah import dari Barat.
Ternyata dari India Selatan,
-
bahwa Agama Islam lebih dahulu di Indonesia. Ternyata agama
Kristen 600 tahun sebelum Islam.
Tidak ada bukti kuat klo Agama Nasrani lebih dulu ada dari pada Islam,yg benar Nasrani masuk dibawa penjajah Eropa membawa misi GOLD,GLORY,GOSPEL.itupun gagal krn terbentur kerajaan2 Islam Nusantara,Terbukti penjajah dgn misi GOLD,GLORY,GOSPEL berhasil hny di Cape Verde,Mozambique,Timor Leste,Philipino&negara2 Amerika Latin dr Mexico hingga Argentina
BalasHapusJangan menutup nurupi Agama Nasrasi dibawa Penjajah,tidak ada sejarah mencatat agama nasrani ada sebelum Penjajah,apalagi berani menulis Nasrani sudah ada 600 tahun sebelum Islam asa di tanah air(hebat sekali anda)biarkan fakta yg mmbuktikan bukan anda,seolah olah anda merasa berat menanggung beban klo Nasrani itu agamanya penjajah dibawa dgn misi Gold,Glory,Gospel.
BalasHapusTerbukti secara nyata,makam2 tua raja&bangsawan Islam,Bangunan2 masjid tua dari kerajaan Samudera pasai,Deli,Minangkabau,Riau,Jambi,Palembang,Kesultanan Banten,Cirebon,Demak,Mataram,Gowa,Bone,Maluku Ternate,Tidore hingga Raja Ampat Papua Barat,Buka Mata,lihat Sejarah,jangan lupakan Kejayaan Kerajaan2 Islam di Nusantara sebelum PENJAJAH DATAXNG( Portuguese,Español,dan Koningrijk der Nerherlanden)Kata Ie Soekarno :Bangsa yg besar adalah bangsa yg tidak melupakan Sejarahnya.
If Portuguese,Español and Durch didn't come to colonize this country.
BalasHapusIndonesia would have been United Islamic Kingdom such as Kingdom of Malaysia&Kingdom of Brunai Darusallam,There weren't Catholic&Christian,except Majoriry Moeslim,Minority Hinduist&Budhist.