Kamis, 09 Juli 2015

sejarah masuknya agama kristen ke indonesia



BAB I
PENDAHULUAN


1.1            Latar Belakang
        
         Masuknya agama kristen di Indonesia tidak terlepas dari usaha para misionaris dan misi Zending (terutama dari dunia barat) pada masa penjajahan. Catatan tertua yang ada adalah mengenai seorang penginjil Belanda yang bernama Sebastian Danckaerts yang bekerja di Ambon (1618-1622) dan Jakarta (1624-1634). Di Ambon ia berkhotbah dalam bahasa Belanda dan Melayu. Terutama ia mementingkan persekolahan; atas usulnya, tiap-tiap hari pemerintah memberi beras kepada anak-anak sekolah, sehingga banyak anak tertarik.

         Pun dibukanya sebuah sekolah guru untuk melatih penolong-penolong yang cakap bagi pekerjaan di jemaat dan di sekolah. Dengan karangannya tentang keadaan agama Kristen di Ambon, Danckaerts menghidupkan perhatian Gereja Belanda terhadap Pekabaran Injil. Tambahan pula, ia berusaha mendapat tata gereja yang teratur bagi jemaat-jemaat di Indonesia, tatkala ia berlibur di Belanda.

            Beratus tahun kemudian, Agama Kristen terus tumbuh dan berkembang. Saat ini, banyak gereja berdiri sebagai respon atas tumbuh dan berkembangnya kekristenan di Indonesia. Sayangnya, tidak seperti di negara-negara lain, yang memiliki pusat informasi / Christian Center, gereja – gereja di Indonesia tidak memilikinya. Hal ini dikarenakan agama kristen merupakan agama minoritas. Akibatnya, banyak gereja yang justru tidak saling mengenal satu sama lain. Misalnya, gereja-gereja beraliran Betel, yang bukan merupakan anggota PGI, terkesan terpisah dari gereja-gereja tradisional yang merupakan anggota PGI.
Karenanya, keberadaan Christian Center ini dirasa perlu untuk menjembatani  “jurang “ yang selama ini ada. Sekaligus, Christian Center ini  dapat berfungsi sebagai pusat informasi kekristenan bagi masyarakat kota Bandung..





1.2             Maksud dan Tujuan
Maksud didirikannya wadah ini adalah sebagai :
1.      tempat permusyawaratan dan usaha bersama menuju keesaan gereja di Indonesia
2.      sebagai hasil dari gerakan oikumene
3.      sebagai wadah dari wadah oikumene
4.      sebagai alat dan sarana dari gerakan oikumene



1.3            Rumusan Masalah
1.      Siapakah yang pertama kali mengembangkan agama Kristen di Indonesia?
2.      Siapakah penginjil yang tertua?



















BAB II
PEMBAHASAN


2.1            Lahirnya Agama Kristen di Indonesia

Agama Kristen pertama kali lahir di Yerusalem yang pada saat itu bagian dari Kekaisaran Romawi. Agama Kristen adalah sebuah agama yang berdasar pada ajaran Yesus Kristus atau Isa Almasih. Inti ajaran Yesus Kristus adalah cinta kasih terhadap Tuhan dan antar sesama manusia. Para pengikut Yesus disebut Kristen. Tempat beribadah agama Kristen disebut gereja dan Kitab Sucinya adalah Alkitab atau Kitab Suci.
Perkembangan agama Kristen pada awalnya tidak berjalan dengan baik. Para penganut Kristen dikejar-kejar oleh penguasa Romawi. Agama Kristen mulai berkembang tanpa adanya ancaman pada masa Kaisar Konstantin I. Pada masa Kaisar Theodosius I agama Kristen kemudian dijadikan agama resmi Kekaisaran Romawi.
Agama Kristen berkembang pesat pada Abad Pertengahan di Eropa. Kekuasaan gereja mengalami penurunan ketika Eropa memasuki Abad Pencerahan. Pada abad tersebut agama Kristen berkembang ke seluruh wilayah Eropa, yang kemudian diajarkan ke seluruh dunia bersamaan dengan penjelajahan dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, penganut agama Kristen terbagi menjadi Kristen Katolik dan Kristen Protestan
Masuknya agama Kristen Katolik ke Indonesia seiring dengan masuknya bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia Pada tahun 1321, seorang pastor bernama Odorico de Pordonone pernah singgah di Sumatra, Kalimantan, dan Jawa. Pada tahun 1347, seorang pastor lain bernama Joao de Marignolli juga pernah datang ke wilayah Indonesia. Agama Katolik masuk ke Maluku dirintis oleh saudagar Portugis bernama Gonsalo Veloso dan seorang pastor bernama Simon Vaz. Pada bulan juni 1546, seorang pastor asal Spanyol bernama Fransiskus Xaverius. Ia menyinggahi Malaka kemudian berkunjung ke daerah Ternate, Tidore, dan Halmahera. Ia terus berkarya hingga bulan April 1547.
Masa-masa berikutnya, banyak berdatangan para misionaris dari kongregasi Fransiskan (OFM), Dominikan, Jesuit (SJ), dan Serikat Sabda Allah (SVD). Selain menyebarkan agama, mereka juga membangun sekolah-sekolah, gereja, dan rumah sakit. Agama Katolik dengan cepat berkembang di berbagai wilayah terutama daerah-daerah yang tidak terpengaruh agama Islam. Di antaranya sebagian Sumatra, Timor, Flores, daerah pedalaman Pulau Jawa, dan Kalimantan (Pontianak, Palangkaraya, dan sekitarnya).
Penyebaran agama Kristen Protestan (lebih sering disebut agama Kristen saja) di Indonesia berlangsung setelah kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia. Penyebaran agama Kristen di Indonesia dilakukan oleh kelompok penyebar agama (zending) asal Belanda seperti NZG (Nederlandsch Zendelings Genootschap). Sumatra Utara pada tahun 1824 didatangi dua orang Amerika yang bernama Burton dan Ward. Kedua orang ini berhasil masuk ke Silindung di Batak Toba. Pada tahun 1853, seorang pendeta dari Belanda yang bernama Van der Tuuk berhasil masuk dan menetap di daerah penduduk Batak. Pada tahun 1861, seorang Belanda lain bernama G. van Asselt berhasil masuk ke Tapanuli Selatan. Pada tahun 1861, Nommensen dari Jerman juga masuk ke tanah Batak.
Di Pulau Nias, agama Kristen baru masuk pada tahun 1861 dan terbatas di sekitar Sitoli. Di Kalimantan, para penginjil CAMA (Christian Missionary Alliance) masuk sekitar tahun 1905. Mereka kemudian masuk ke Kalimantan Timur lalu ke Kapuas Besar di Kalimantan Tengah pada tahun 1933. Di Sulawesi dan Maluku, zending Belanda masuk sekitar tahun 1866. Pada tahun tersebut mereka masuk Halmahera. Dua tahun kemudian mereka masuk ke Minahasa. Pada tahun 1879, mereka masuk ke Sangir-Talaud. Pada tahun 1891, dua orang ahli bahasa dari perkumpulan gereja Belanda (NZG), yakni A.C Kruyt dan N. Adriani masuk Gorontalo. Kruyt kemudian pindah ke Poso pada tahun 1892.

2.2     Cabang-Cabang Utama

Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga kepercayaan dan aliran yang jumlahnya ribuan. Selama dua milenium, Kekristenan telah berkembang menjadi tiga cabang utama:
* Katolik (denominasi tunggal Kristen terbesar, termasuk Gereja Katolik ritus Timur, dengan satu koma dua milyar penganut total, lebih dari setengah dari jumlah total penganut agama Kristiani)
* Protestanisme (terdiri dari berbagai macam denominasi dan pemikir dengan berbagai macam penafsiran kitab suci, termasuk Lutheranisme, Anglikanisme, Calvinisme, Pentakostalisme, Methodis, Gereja Baptis, Karismatik, Presbyterian, Anabaptis, dsb.)
* Ortodoks Timur (denominasi tunggal Kristen terbesar kedua, dan merupakan denominasi Kristen terbesar di Eropa timur)

Selain itu ada pula berbagai gerakan baru seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai aliran yang muncul pada akhir abad ke-19 maupun abad


2.3     PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN DI INDONESIA
             
Perkembangan Agama Kristen di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 zona waktu:
1.                  Sebelum kolonialisme Belanda
              Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama abad ke-7 di Sumatera Utara. Kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat Katolik tertua di Indonesia

2.                      Saat kolonialisme Belanda
              Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah, Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1534, di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547. Namun ketika Belanda mengalahkan Portugis tahun 1605, Belanda mengusir misionari-misionari Katolik dan memperkenalkan Kristen Protestan (dari aliran Calvinist Dutch Reformed Church), sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran.

              Perkembangan Kekristenan di Indonesia pada jaman itu cukup lambat. Hal ini dikarenakan ajaran Calvinist merupakan aliran agama Kristen yang memerlukan pendalaman Alkitab yang mendalam, sementara edisi Alkitab saat itu belum ada yang berbahasa Indonesia (bahasa Belanda). Lagipula, VOC sebagai kendaraan Belanda untuk masuk dan menguasai Indonesia saat itu adalah sebuah perusahaan sekuler dan bukan perusahaan yang cukup religius, sehingga tidak mendukung penyebaran agama yang dilakukan oleh misionaris Belanda sendiri. Setelah pengaruh VOC mulai tenggelam pada tahun 1799, pemerintah Belanda mulai memperbolehkan penyebaran agama dengan lebih leluasa. Orang Kristen aliran Lutheran dari Jerman yang lebih toleran dan tidak memaksa pemeluknya untuk mempelajari agama Kristen dengan sedemikian dalam, mulai memanfaatkan perijinan tersebut untuk mulai menyebarkan agama di antara orang Batak di Sumatera pada tahun 1861, dan misionari Kristen Belanda dari aliran Rhenish juga menyebarkan agama di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tengah

3. Setelah kolonialisme Belanda
              Pada abad ke 20 setelah Belanda pergi dari Indonesia, agama Kristen dan Katolik mulai berkembang pesat. Hal ini dimulai oleh sebuah keadaan pada tahun 1965, ketika terjadi peralihan kekuasaan Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Saat itu, Komunisme (dan Atheisme) merupakan hal yang dilarang oleh pemerintah. Semua orang-orang yang tidak beragama, langsung dicap Atheis, dan dengan demikian sangat mudah untuk dituduh sebagai pengikut Komunis. Saat itu, gereja dari berbagai aliran mengalami pertumbuhan jemaat yang pesat, terutama dari orang-orang (sebagian besar beretnis Tionghoa yang berasal dari Cina, yang merupakan negara Komunis) yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan pemerintah mengenai Komunisme dan Atheisme pada saat itu.

Pada akhir abad ke 20 sampai awal abad 21, banyak misionaris dari Amerika yang menyebarkan aliran Evangelican dan Pentecostal. Aliran yang sering disebut "Karismatik" ini merupakan aliran yang dianggap "modern" karena menggabungkan antara Kristen tradisional, dengan pola pikir modern pada jaman ini


2.4                Sejarah Kekristenan di Indonesia

2.4.1      Sejarah Kristenisasi oleh Agama Protestan
A. Zending Protestan pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1831 dengan dua orang pendeta bernama Riedel dan Schwarz ke Minahasa. Pada tahun 1850 mereka membuka sebuah Kweekschool (sekolah pendidikan guru) di Tomohon dan pada tahun 1868 dibuka pula Sekolah Guru Injil (Hulpzendelingen). Kristenisasi di Minahasa itu ditangani dan dibeayai oleh Nederlandse Zendelinggenootschap yang didirikan di Rotterdam tahun 1787. Pada tahun 1882 di Minahasa juga didirikan asrama dan sekolah khusus bagi anak-anak pegawai negeri serta orang-orang terkemuka. Semua sekolah tersebut mendapat subsidi dari Pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1888 mereka mendirikan percetakan untuk mencetak buku-buku, selebaran dan sebuah surat kabar yang bernama, “Cahaya Siang.”
             
B. Di kepulauan Sangihe dan Talaud bangsa Portugis telah lebih dahulu menyiarkan agama Kristen. Pekerjaan ini kemudian diambil alih dan diteruskan oleh bangsa Belanda di Ambon dan Maluku dipelopori antara lain oleh: J. Kam pada pertengahan abad ke 19 juga. Dia adalah utusan dari Nederlandse Zendinggenootschap tersebut. Kemudian mereka luaskan sampai ke pulau Buru. Adapun daerah Sulawesi Tengah dan Tenggara kristenisasi dilakukan oleh Bala Keselamatan atau Leger des Heils, sedang Gereformeerde Zendingbond mengirimkan pendeta Van Den Loodrecht ke Luwuk pada tahun 1913. Di Bolaang Mongondow pengkristenan dilakukan oleh Nederlandse Zendinggenootsehap. Pada tahun 1904 seorang raja meminta kepada Zending itu untuk mendirikan sebuah H.l.S. disana. Sekolah ini terlaksana pada tahun 1913. Perkumpulan De Nederlandse Zendingvereniging yang semula diberikan tugas mengkristenkan Jawa Barat, pada tahun 1915 juga beroperasi di Sulawesi Tenggara.
             
C. Kristenisasi di Jawa Timur dipelopori oleh seorang tukang jam bangsa Belanda di Surabaya yang bernama Emde dan seorang tuan tanah bernama C. Coolen kira-kira pada tahun 1840. Empat tahun kemudian pengikut mereka berhasil membentuk sebuah desa Keristen di Mojowarno di mana dewasa ini berdiri sebuah rumah sakit Kristen yang amat besar dan modern. Pada tahun 1848 seorang zendeling lagi yaitu E.J. Jellesma datang ke Surabaya lalu ke Mojowarno. Dengan dibantu oleh seorang guru Injil Paulus Tosari didirikannya sebuah Kweekschool yang kemudian terpaksa ditutup pada tahun 1858. Tetapi pada tahun 1500 dapat dibuka kembali. Murid-murid dari pengikut C. Coolen menyebarluaskan agama Kristen ini sampai ke Pasuruan dan Kediri. Kemudian berdatangan para zendeling dari negeri Belanda untuk menyebarkan agamanya di tengah-tengah umat Islam. Mereka mendirikan rumah sakit rumah sakit di banyak tempat di samping rumah sakit besar Mojowarno.

D. Di Jepara tinggal seorang bernama Tunggul Wulung yang terkenal dengan julukan Kiyahi Berahim. Dia adalah seorang petapa yang mengaku telah mendapat wahyu dari Allah lalu masuk Kristen. Tetapi kemudian dia campur-adukkan kepercayaan Kristen dengan Islam dan animisme, akhirnya dia tidak diakui lagi oleh gereja. Ada pula seorang santri bernama Sadrah, yang berhasil ditarik memeluk agama Kristen oleh seorang zendeling yang bernama Hoezoo. Sadrah kemudian mengembara hampir ke seluruh tanah Jawa dan banyak bertemu serta berwawancara dengan penyebar agama Kristen lainnya. Di Jakarta, dahulu Batavia, dia bertemu dengan MR. F.L. Anthing, bekas pejabat tinggi kehakiman di Semarang yang telah pindah ke Jakarta, Dia ini sangat besar jasanya dalam pernyebaran Kristen. Tahun 1867 Sadrah dibaptiskan dan dua tahun kemudian dia dipindahkan ke Purworejo untuk menyiarkan Kristen bekerja sama dengan nyonya Philips. Tahun 1870 pindah ke desa Karangjasa dekat Bagelen dan terus giat menyebarkan agamanya dan memimpin kaum Kristen Jawa. Dari sana Kristenisasi diperluas oleh Dewan Gereja (Gereformeerde Kerken) ke Banyumas dan Kedu lalu meluas ke Yogyakarta dan Surakarta.

E. Adapun di Sumatera pekerjaan zending dapat dikatakan dimulai pada tahun 1890 di dacrah Sumatera Pasisir Timur. Pada tahun 1894 mereka sampai ke utara Danau Toba daerah Batak Karo. Pada tahun 1915 mereka dirikan rumahsakit di bawah pimpinan seorang Zuster bangsa Belanda. Pulau Nias dimasuki pada tahun 1866 oleh para zendeling dari perkumpulan Rheinische Missionsgeselschaft, yaitu gabungan zending yang berdiri pada tahun 1823 dan berpusat di Barmen wilayah Dusseldorf, Jerman. Mereka juga melebarkan sayap ke Pulau Mentawai dan Enggano. Rheinische Missionsgeselschafe ini juga beroperasi di pulau Kalimantan sebelah Selatan dan Timur untuk mengkristenkan suku Dayak. Pada tahun l904 kelihatan kemajuannya di Kuala Kurom dan Kahayan Hulu, lalu meluas dengan pesat.

2.4.2    Sejarah Kristenisasi oleh agama Katolik
A. Pada tahun 1902 di Batavia (Jakarta) mulai didirikan Apostolisch Vicariaan Van Batavia. Tetapi agama Katolik telah masuk ke Indonesia jauh sebelum itu. Pada abad ke 16 agama ini telah memasuki kepulauan Maluku, Ambon, Ternate, Solor dan Nusa Tenggara. Penyebarannya mula-mula dilakukan oleh bangsa Portugis yang menguasai kepulauan itu. Pada tahun 1546 seorang Apostel (muballigh) dari India juga datang ke sana, bernama Fransiscus Xaverius. Dia berhasil menarik simpati pemerintah Portugis dan penduduk asli. Tahun 1605 pulau Ambon dapat ditaklukkan. Pada waktu itu di Ambon telah ada 4 buah gereja dan sekitar 16.000 orang beragama Katolik.

B. Agama Katolik memasuki Sulawesi dari Makasar, dan itu semua dilakukan oleh pengikut madzhab Dominicus Orde (H. Dominicus hidup tahun 1170 – 1221) dan pengikut madzhab Yesuiten Orde. Madzhab Yesuit ini pada mulanya didirikan oleh seorang bangsawan Spanyol bernama Ignatius Loyola yang lahir tahun 1491. Dia adalah penganut aliran mistik dalam agama Katolik. Dalam peperangan melawan Perancis mendapat cedera yang mengakibatkan kelumpuhan seumur hidup. Mistiknya bertambah menebal dan mendapat banyak pengikut. Pada tahun 1529 dibentuknya di Paris suatu jama’ah yang dibai’at untuk mengabdi kepada Paus dan menyebarluaskan agama Katolik, Tahun 1539 semua anggota jama’ah dilantik menjadi pastor dan tahun 1560 Paus Paulus III meresmikan jama’ah ini sebagai Jamaah Yesus atau the Society of Yesus. Jamaah terus berkembang maju dan bersama Orde Yesuit.

C. Gerakan agama Protestan yang sangat memusuhi Gereja Katolik berhasil menghancurkan kedudukan Missie Katolik di India sejak abad ke 17. Tetapi revolusi Perancis telah menyebabkan terjadinya pergolakan politik di negeri Belanda yang mengakibatkan hancurnya pusat Zending Protestan dan bangkitnya kembali Missie Katolik, serta menjadi sangat kuat. Setelah jazirah Malaka dikuasai oleh bangsa Belanda dan kekuasaan mereka di Indonesia bertambah mantap, maka secara bertahap penyebaran agama Katolik di Sulawesi diambil-alih oleh bangsa Belanda, yaitu pada tahun 1807. Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 1904 Pusat Missie Katolik di negeri Belanda mengirimkan 2 orang utusannya ke Jakarta yaitu Jacob Nellisen dan Lambert Prinsen. Kedudukan Missie dipusatkan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pada tahun 1834 di Padang ditempatkan seorang pastor. Sejak tahun 1808 hingga 1845 mereka hanya mampu menempatkan 16 orang pastor itupun akhirnya hanya tinggal 4 orang.

D. Dalam Perang Diponegoro (1825-1830) ditengah-tengah tentara Belanda ditempatkan seorang Pastor bernama Scholtes. Dia mengadakan perjalanan inspeksi sampai ke Sulawesi dan Maluku kemudian melaporkan hasil penyelidikannya kepada Paus. Berdasarkan laporan itu Paus menganggap sudah tiba waktunya untuk membantu dan meningkatkan Missie Katolik di Indonesia menjadi Vicariat (perwakilan), lalu mengirimkan Mgr. Jacob Croaff selaku pemimpinnya. Pada tahun 1848 dia digantikan oleh Mgr. Peterus Maria Francken dengan dibantu oleh 5 orang pastor. Di bawah pimpinannya, missie ini mendapat kemajuan. Dari pulau pulau yang jauh letaknya berdatangan permintaan dari umat Katolik yang hidupnya terpencil. Akhirnya pada tahun 1859 kaum Yesuiten membantu dengan mengirimkan missionaris ke pulau Jawa lalu menempatkan mereka di Flores dan kepulauan lainnya.

E Kemajuan Missie Katolik bertambah pesat setelah pada tahun 1874 Mgr. Francken digantikan oleh Mgr. Claessen yang sejak tahun 1848 bertugas di India. Didirikannya pos-pos di Cirebon, Magelang, Bogor, Malang dan Madiun. Untuk Sumatra di Medan dan Tanjung Sakti. Di Kalimantan dibangunnya pangkalan untuk kristenisasi suku Dayak. Demikian juga Makassar, Menado, Tomohon, Seram, Flores, Irian, Kendari, Sumbawa dan Timor. Claessen digantikan oleh Vicarius Apostoles M.J. Staal, kemudian pada tahun 1898 oleh Mgr. E.S. Luypen S.J. Sejak masa itulah agama Katolik mulai berkembang di pulau Jawa orang Jawa sukar untuk dirubah agamanya. Mereka beragama Islam dan tidak mau dikatakan tidak Islam, walaupun mereka tidak atau kurang menjalankan
syari’ahnya. Missie mengambil jalan lain yaitu dengan mendekati anak-anak mereka yang pada umumnya hidup kekurangan. Untuk mereka didirikan sekolah-sekolah dasar dengan percuma, bahkan dengan diberinya alat-alat serta pakaian yang diperlukan. Kanak-kanak itulah yang berangsur di-Katolik-kan, dan itu terjadi sejak akhir abad ke 19. Maka dapatlah dikirakan bahwa banyaknya jumlah orang Jawa yang beragama Katolik adalah akibat karena mereka dahulu bersekolah di sekolah-sekolah Katolik.

F. Pangkalan Missie untuk Jawa Tengah yang pertama ialah Muntilan dan Mendut di mana sejak dahulu telah berdiri sekolah Katolik. Sekarang Mundlan menjadi pusatnya agama Katolik, kemudian Yogyakarta pun dipenuhi oleh sekolah mereka. Guru-guru tamatan Muntilan dikirim ke luar daerah dan banyak pula yang berdinas di sekolah Pemerintah (Gubernemen). Dari tahun ke tahun mereka terus mendapat kemajuan. Sekolah bertambah banyak terutama sekolah Pendidikan Guru. Rumah Sakit dan Rumah Yatim juga dibangun, sehingga kelihatannya memang benar-benar menguasai lapangan sosial dan pendidikan. Pada akhir tahun 1923 sekolah mereka berjumlah 52 buah dengan 5.840 orang murid. Mereka memiliki surat kabar seperti Mingguan Java Post, Sociaal Leven En Streven, Katholik Schoolblad Van Nederlands Indie dan De Indische Voorhoede. Dalam bahasa Indonesia yakni Gereja Katholik serta dalam bahasa Jawa Swara Tama. Di samping itu mereka dirikan sebuah percetakan di Yogyakarta pada tahun 1922. Untuk keperluan jalannya Missie Katolik beserta segala usahanya, mereka menerima bantuan keuangan dari negeri Belanda, yang diberikan oleh Dana St. Claverbond yang berdiri tahun 1889 dan oleh berbagai perkumpulan missie antara lain De Indische Missie Vereniging. Rupanya kaum Katolik tidak hanya berjuang dalam penyiaran agama, pendidikan, pengajaran, sosial serta pendirian gereja-gereja, tetapi juga berjuang dalam bidang politik. Pada tahun 1918 mereka telah mendirikan sebuah partai politik dengan nama De Indische Katholieke Partij.
BAB III
PENUTUP

3.1      Simpulan
           Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, para rasulpun pergi ke seluruh penjuru dunia, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firmanNya dengan tanda-tanda yang menyertai para rasul.
Rasul-rasul itu pergi mewartakan Injil menurut data dan tradisi non-biblis ke daerah-daerah sebagai berikut:
-          ke arah Barat Laut: Turki, Yunani, Italia, yakni Petrus dan Paulus, Barnabas, dan penginjil Lukas;
-          ke arah Barat: Siprus dan Turki, yakni Yohanes (di Efesus dengan Santa Maria);
-          ke arah Barat Daya: Mesir (Alexandria), yakni rasul Simon dan penginjil Markus;
-          ke arah Utara jauh: Armenia, Georgia, Rusia Selatan, yakni Andreas dan Filipus;
-          ke arah Timur: dekat Siria;
-          di Yerusalem atau Yudea: Yakobus Tua dan Yakobus Muda, kedua-duanya uskup Yerusalem.

              Santo Thomas yang tadinya kurang percaya, mewartakan Injil di daerah paling jauh dari tanah airnya. Menurut data sejarah pasti, rasul Thomas mewartakan Injil sampai di India Selatan sekitar tahun 70. Berabad-abad lamanya umat Kristen kecil berkembang di India Selatan, di mana sejak dulu ada kontak perdagangan dengan Sumatera Utara, khususnya dengan daerah Baros atau Sibolga. Rupanya ketika itu belum ada pelabuhan Belang di Sumatera Utara. Nah, lewat saudagar dari India itu agama Kristen Katolik mulai diwartakan di Sumatera Utara (Indonesia).
              Gereja Kristen mulai ditanam di daerah Tapanuli di Sumatera Utara sebelum tahun 600 oleh saudagar dari India yang menamakan diri Thomas Christians.
Pasti banyak orang, pun orang Kristen, sangat heran membaca penegasan ini yang sangat bertentangan dengan bahan indoktrinasi umum. Memang di sekolah, kita biasa mendengar bahwa gereja Kristen Indonesia dibawa ke bumi Indonesia sekitar tahun 1530 oleh misionaris Portugis dan Spanyol.
              Kekeliruan ini tidak disebarkan dengan sengaja oleh golongan tertentu melainkan disebabkan oleh karena fakta mengenai misi perdana di Tapanuli, baru pada akhir abad lalu mulai diketahui oleh Dr. Jan Bakker SJ, mantan dosen di Yogyakarta, yang sebagai mahasiswa mempelajari agama Islam dan sejarahnya di Beirut, Libanon. Ia menemukan tulisan dari seorang ilmuwan Islam, bernama Shaykh Abu Salih al-Armini. Dia menulis semacam ensiklopedi tentang segala gereja dan wihara serani di seluruh dunia Timur. Bahan historis itu mengenai kira-kira 900 tempat ibadah Kristiani di Afrika dan Asia, antara lain di Sumatera Utara. Judul bukunya ialah “Tadhakkur fiha Akhbar min al-Kana’is wa’l-Adyar min Nawahin Misri w’al Iqtha’aihu”, artinya “Daftar berita tentang gereja-gereja dan pertapaan-pertapaan dari provinsi-provinsi di Mesir dan tanah-tanah di luarnya”.
              Dalam buku itu terdapat suatu kutipan tentang Fansur dan Baros di Sumatera Utara sebagai berikut: “Fansur, di sana terdapat banyak gereja dan semuanya adalah dari “Nasara Nasathirah” (Nasrani = Serani = Kristiani), dan dengan demikian keadaan di situ. Dan dari itu berasal kapur Baros dan bahan itu merecik dari pohon. Dalam kota itu terdapat satu gereja dengan nama Bunda Perawan Murni Maria”.
              Shaykh Abu Salih al-Armini pada abad kesebelas tidak menerangkan dari mana berasal orang Kristiani itu, tetapi sesudah diselidiki lebih jauh, Agama Kristiani dibawa ke Tapanuli oleh orang India Selatan dimana rasul Santo Thomas mewartakan kabar gembira pada mereka sekitar tahun 70.
              Ada dua konfirmasi tak langsung dari sejarah ini:
-          Pada tahun 1975 sudah pernah seorang pastor dari Gereja Thomas Christians mengunjungi Seminari Pineleng, bukti bahwa umat yang digembalakan rasul Thomas, masih hidup sampai sekarang dengan beberapa juta anggota di India Selatan.
-          Pastor Jan Van Paassen MSC bersama almarhumah Yangky Turang B.A. sudah pernah mengunjungi adik kandung Suster Jeannette van Paasen di Pematang Siantar. Pada tahun 1992, rombongan kami membuat tur wisata ke daerah Baros di Tapanuli dan sampai pada tempat penguburan banyak orang India yang rupanya beragama Hindu dari sekitar tahun 500. Tempat ini dipelihara dengan baik oleh pemerintah provinsi Sumatera Utara.

              Menurut Dr. J. Bakker SJ yang menemukan kutipan mutiara ini, ‘Fansur’ itu sama dengan ‘Pancur’, dekat Baros di Tapanuli. Dia juga membuktikan bahwa nama agak aneh “Nasara Nasathirah” berarti: orang Kristen Katolik dari Siria Timur atau Khaldea, yang ada sampai sekarang di Siria dan Irak. Kemudian ternyata pula bahwa dalam arsip Vatikan tersimpan surat-surat tentang pengangkatan uskup-uskup di Asia Timur itu, a.l. di Tiongkok, Malaysia dan Sumatera Selatan. Sampai abad ke-14 masih ada berita tentang orang Kristen di Sumatera dan Malaysia.
              Bisa diringkaskan bahwa antar tahun 600-1350 ada orang Kristen di bumi Indonesia. Sayang bahwa sesudah 1350 tiada lagi berita, sehingga umat Kristen perdana itu rupanya “menguap” di dalam sejarah, tanpa ada bekas atau keturunan.
              Sejauh yang diketahui belum pernah di bumi Indonesia dirayakan suatu Yubileum untuk mengenangkan Gereja Kristen perdana di daerah Tapanuli sekitar tahun 600. Sebabnya ialah bahwa sampai sekarang kini hampir tidak ada data selain penegasan dari Shaykh Abu Salih al-Armini bahwa sudah ada banyak gereja dan bahwa di kota Fansur sendiri ada sebuah gereja yang ditahbiskan kepada Bunda Perawan Murni Maria. Tambah lagi bahwa di perpustakaan Vatikan terdapat sebuah peta Asia, dimana diberi tanda di Sumatera Selatan bahwa di sana tinggal seorang uskup. Tetapi belum ditemukan buku Baptis atau buku Ibadah dan sebagainya dari zaman itu.
              Kesimpulannya ialah dari segala data pasti tetapi kurang terperinci bisa dipastikan secara positif bahwa pada zaman itu ada umat Kristiani di bumi Indonesia. Namun, dengan kepastian yang sama bisa ditegaskan bahwa pada zaman itu belum ada penginjilan di Sulawesi antar tahun 600-1300. Ketika itu Gereja Kristen sudah mulai berkembang di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan, seperti dilaporkan oleh J. Bakker SJ dalam buku Sejarah Gereja Indonesia, jilid I. Tetapi tidak ada satupun data tentang Gereja Kristen di Sulawesi pada abad ke-VII sampai abad ke-XIV.
Dengan demikian beberapa kekeliruan umum sekaligus disapu dari meja, ialah:
-          bahwa Agama Kristen di Indonesia adalah import dari Barat. Ternyata dari India Selatan,
-          bahwa Agama Islam lebih dahulu di Indonesia. Ternyata agama Kristen 600 tahun sebelum Islam.






3 komentar:

  1. Tidak ada bukti kuat klo Agama Nasrani lebih dulu ada dari pada Islam,yg benar Nasrani masuk dibawa penjajah Eropa membawa misi GOLD,GLORY,GOSPEL.itupun gagal krn terbentur kerajaan2 Islam Nusantara,Terbukti penjajah dgn misi GOLD,GLORY,GOSPEL berhasil hny di Cape Verde,Mozambique,Timor Leste,Philipino&negara2 Amerika Latin dr Mexico hingga Argentina

    BalasHapus
  2. Jangan menutup nurupi Agama Nasrasi dibawa Penjajah,tidak ada sejarah mencatat agama nasrani ada sebelum Penjajah,apalagi berani menulis Nasrani sudah ada 600 tahun sebelum Islam asa di tanah air(hebat sekali anda)biarkan fakta yg mmbuktikan bukan anda,seolah olah anda merasa berat menanggung beban klo Nasrani itu agamanya penjajah dibawa dgn misi Gold,Glory,Gospel.
    Terbukti secara nyata,makam2 tua raja&bangsawan Islam,Bangunan2 masjid tua dari kerajaan Samudera pasai,Deli,Minangkabau,Riau,Jambi,Palembang,Kesultanan Banten,Cirebon,Demak,Mataram,Gowa,Bone,Maluku Ternate,Tidore hingga Raja Ampat Papua Barat,Buka Mata,lihat Sejarah,jangan lupakan Kejayaan Kerajaan2 Islam di Nusantara sebelum PENJAJAH DATAXNG( Portuguese,Español,dan Koningrijk der Nerherlanden)Kata Ie Soekarno :Bangsa yg besar adalah bangsa yg tidak melupakan Sejarahnya.

    BalasHapus
  3. If Portuguese,Español and Durch didn't come to colonize this country.
    Indonesia would have been United Islamic Kingdom such as Kingdom of Malaysia&Kingdom of Brunai Darusallam,There weren't Catholic&Christian,except Majoriry Moeslim,Minority Hinduist&Budhist.

    BalasHapus