BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
gizi merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara
berkembang dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan negara maju cenderung dengan masalah gizi
lebih
Masalah gizi muncul
akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga,
masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan
kesempatan kerja. Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara
masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul
masalah baru.
Gizi buruk adalah fenomena balita
Indonesia yang tak terbantahkan. Keberadaannya menampar keras setiap kali
bangsa ini harus memperingati hari gizi nasional yang ditetapkan pemerintah setiap
tanggal 25 Januari. Satu persatu balita penderita gizi buruk terkuak melalui
media.
Sekarang ini masalah gizi mengalami perkembangan yang
sangat pesat.
Malnutrisi masih saja melatarbelakangi penyakit dan kematian anak,
meskipun sering luput dari perhatian. Sebagian besar anak di dunia 80% yang
menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan
kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro.
Keadaan kesehatan gizi
tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas
hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang
tidak baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita
penyakit gizi buruk.
Hubungan antara kecukupan gizi dan
penyakit infeksi yaitu sebab akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai
penyakit gangguan gizi dan gizi buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang.
Masalah gizi semula dianggap sebagai
masalah kesehatan yang hanya dpat ditanggulangi dengan pengobatan
medis/kedokteran.
Namun, kemudian disadari bahwa gejala
klinis gizi kurang yang banayak ditemukan dokter ternyata adalah tingkatan
akhir yang sudah kritis dari serangkaian proses proses lain yang mendahului.
Saat ini
di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan,
Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang
yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gizi. Selain itu masalah gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada
lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi
(Azrul,2004). Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah
bangsa dalam menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif.
Upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara
penanganan pertumbuhan anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan
perawatan yang baik. Dengan lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya
infeksi menular ataupun penyakit masyarakat lainnya dapat dihindari.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut gizi buruk?
2. Apa penyebab gizi buruk?
3. Apa saja jenis-jenis gizi buruk?
4. Bagaimana akibat gizi buruk?
5. Bagaimana penyebaran gizi buruk di
Indonesia?
6. Bagaimana cara mencegah gizi buruk?
7. Bagaimana cara menangani gizi buruk
di Indonesia?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Defenisi
Gizi buruk
merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di
bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni
gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena kekurangan
karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya.
Gizi buruk
atau malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa
diakibatkan oleh kurangnya asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak
tepat ataupun karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang
menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk
ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang
tidak mencukupi ataupun berlebih sehingga menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan.
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor.
Ada
beberapa cara untuk mengetahui seorang anak terkena busung lapar (gizi buruk)
yaitu :
1.
Dengan cara menimbang berat badan secara teratur setiap
bulan. Bila perbandingan berat badan dengan umurnya dibawah 60% standar
WHO-NCHS, maka dapat dikatakan anak tersebut terkena busung lapar (Gizi Buruk).
2.
Dengan mengukur tinggi badan dan Lingkar Lengan Atas (LILA)
bila tidak sesuai dengan standar anak yang normal waspadai akan terjadi gizi
buruk
Gizi buruk
ini biasanya terjadi pada anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh
membusungnya perut (busung lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada
pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang
lebih parah, jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang
buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian.
2.2
Penyebab Gizi Buruk
Banyak
faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua
penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu:
1.
Kurangnya asupan gizi dari makanan.
Hal
ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.
Bayi dan
balita tidak mendapat makanan yang bergizi, dalam hal ini makanan alamiah
terbaik bagi bayi yaitu air susu ibu, dan sesudah usia enam bulan anak tidak
mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat, baik jumlah dan
kualitasnya. MP-ASI yang baik tidak hanya cukup mengandung energi dan protein,
tetapi juga mengandung zat besi, vitamin A, asam folat, vitamin B, serta
vitamin dan mineral lainnya. MP-ASI yang tepat dan baik dapat disiapkan sendiri
di rumah. Pada keluarga dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah
sering kali anaknya harus puas dengan makanan seadanya yang tidak memenuhi
kebutuhan gizi balita karena ketidaktahuan.
2.
Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
Hal
ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa
menyerap zat-zat makanan secara baik
Terjadinya
kejadian infeksi penyakit ternyata mempunyai hubungan timbal balik dengan gizi
buruk. Anak yang menderita gizi buruk akan mengalami penurunan daya tahan
sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi. Disisi lain anak yang menderita
sakit infeksi akan cenderung menderita gizi buruk cakupan pelayanan kesehatan
dasar terutama imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada balita yang
tidak naik berat badan, pendidikan, penyuluhan kesehatan dan gizi, dukungan
pelayanan di posyandu, penyediaan air bersih, kebersihan lingkungan akan
menentukan tinggi rendahnya kejadian penyakit infeksi. Mewabahnya berbagai
penyakit menular akhir-akhir ini seperti demam berdarah, diare, polio, malaria,
dan sebagainya secara hampir bersamaan dimana-mana, menggambarkan melemahnya
pelayanan kesehatan yang ada di daerah. Berbagai penelitian membuktikan lebih
dari separuh kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek.
Resiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan
anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita
didasari oleh keaadaan gizi anak yang jelek.
Ada
berbagai penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang diantaranya
yaitu:
1.
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap
keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Namun
kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga.
2.
Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap
anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial. Di
masa modern ini pengasuhan anak kadang kita serahkan kepada pembantu yang belum
tentu tahu perkembangan dan kebutuhan makan anak.
3.
Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim
pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan. Berbagai kesulitan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan
menyebabkan kurangnya jaminan bagi keluarga. Pokok masalah gizi buruk di masyarakat
yaitu kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung. Hal
ini dapat ditanggulangi dengan adanya berbagai kegiatan yang ada di masyarakat
seperti posyandu, pos kesehatan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada balita, yaitu:
a.
Keluarga miskin
b.
Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi
anak
c.
Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC,
HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.
UNICEF dalam Soekirman (2002) juga telah memperkenalkan dan
sudah digunakan secara internasional mengenai berbagai faktor penyebab
timbulnya gizi kurang pada balita, yaitu :
1.
Penyebab langsung
Makanan tidak seimbang untuk anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang
diare atau infeksi, nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah, mudah
diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit
infeksi.
2.
Penyebab tidak langsung
ü Pertama, Ketahanan
pangan dalam keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan makan
untuk seluruh anggota keluarga baik dalam jumlah maupun dalam komposisi zat
gizinya.
ü Kedua, Pola
pengasuhan anak, berupa perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal memberikan
makan, merawat, kebersihan memberi kasih saying dan sebagainya. Kesemuanya
berhubungan dengan kesehatan ibu (fisik dan mental), status gizi, pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan, adat kebiasaan dan sebagainya dari si ibu dan pengasuh
lainnya.
ü Ketiga, Faktor
pelayanan kesehatan yang baik, seperti; imunisasi, penimbangan anak, pendidikan
dan kesehatan gizi, serta pelayanan posyandu, puskesmas, praktik bidan, dokter
dan rumah sakit.
2.3
Jenis Gizi Buruk
Gizi buruk
terbagi menjadi empat jenis yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor
serta Obesitas.
a)
Kwasiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di
mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga
mengalami kekurangan kalori.
Jenis penyakit ini sering dijumpai
pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga berpenghasilan
rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Kurang protein pangan adalah
penyebab utama kwashiorkor sedang zat pangan pemberi tenaga mungkin cukup
diperolehnya atau bahkan berlebihan. Kasus ini sering dijumpai di daerah
miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat pendidikan yang rendah.
Kwasiorkor memiliki ciri-ciri:
ü
Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama
punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
ü
Pandangan mata sayu
ü
Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
ü
Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
ü
Terjadi pembesaran hati
ü
Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada
posisi berdiri atau duduk
ü
Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas
dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement
dermatosis)
ü
Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
ü
Anemia dan diare.
b)
Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
Penyebab
utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat, karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi
yang sering dijumpai pada bayi yang tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diserang diare. Marasmus juga dapat terjadi
akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan saluran
pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal
menahun dan juga gangguan pada saraf pusat
Marasmus
memiliki ciri-ciri:
ü
Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya
terbungkus kulit
ü
Wajah seperti orang tua
ü
Mudah menangis/cengeng dan rewel
ü
Kulit menjadi keriput
ü
Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)
ü
Perut cekung, dan iga gambang
ü
Seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
ü
Diare kronik atau konstipasi (susah buang air).
c)
Marasmic-Kwashiorkor
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok, seperti:
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok, seperti:
ü
Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat
normal. Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema,
kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
ü
Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya
lemak dan otot.
ü
Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan
gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pancreas.
ü
Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti
meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar
magnesium. Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari
gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut
d)
Obesitas
Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan di seluruh tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Obesitas berarti berat badan (BB) yang melebihi BB rata-rata. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih besar dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal berarti mengalami obesitas.
Obesitas adalah masalah gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi jaringan lemak secara berlebihan di seluruh tubuh, dimana terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh.
Obesitas berarti berat badan (BB) yang melebihi BB rata-rata. Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih besar dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal berarti mengalami obesitas.
Obesitas sendiri digolongkan menjadi
3 kelompok:
ü Obesitas
ringan: kelebihan berat badan 20-40%;
ü Obesitas
sedang: kelebihan berat badan 41-100%; dan
ü Obesitas
berat: kelebihan berat badan >100%.
2.4
Akibat
Gizi Buruk
ü
Menyebabkan kematian bila tidak segera ditanggulangi oleh
tenaga kesehatan.
ü
Kurang cerdas.
ü
Berat dan tinggi badan pada umur dewasa lebih rendah dari
normal.
ü
Sering sakit infeksi seperti batuk,pilek,diare,TBC,dan
lain-lain
2.5
Persebaran Gizi Buruk di Indonesia
Secara
umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan
kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi
makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya
disertai dengan kekurangan zat gizi mikro.
Tidak
hanya kekurangan gizi, kelebihan gizi pun berdampak negatif bagi kesehatan
seseorang. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, jumlah
penduduk yang overweight diperkirakan mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien
obesitas berjumlah lebih dari 9.8 juta jiwa (4.7%). Berdasarkan data tersebut,
dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi
masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.
Menurut
Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita
kurang gizi), 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak
gizi buruk (8,3%).
Berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004, kasus gizi kurang
dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta. Kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42
juta. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya kasus gizi buruk)
dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di antaranya kasus gizi
buruk). Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia pada tahun 2009, gizi
buruk pada balita tersebar hampir merata di seluruh Indonesia..
Tabel 1
menunjukkan ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan jumlah
kasus
No
|
Provinsi
|
1
|
Sulawesi Selatan
|
2
|
Sumatera Utara
|
3
|
Nusa Tenggara Timur
|
4
|
Jawa Timur
|
5
|
Jawa Tengah
|
6
|
Jawa Barat
|
7
|
Kalimantan Barat
|
8
|
Riau
|
9
|
Sumatera Barat
|
10
|
Sulawesi Tenggara
|
11
|
Kalimantan Timur
|
12
|
Kalimantan Selatan
|
13
|
Nuta Tenggara Barat
|
14
|
Sumatera Selatan
|
15
|
Gorontalo
|
16
|
Lampung
|
17
|
Banten
|
18
|
Sulawesi Utara
|
19
|
Papua
|
20
|
DKI Jakarta
|
21
|
Kalimantan tengah
|
22
|
Sulawesi Utara
|
23
|
Bengkulu
|
24
|
Bangka Belitung
|
25
|
Bali
|
26
|
Jambi
|
27
|
Maluku Utara
|
28
|
Maluku
|
29
|
DI Yogyakarta
|
Tabel 2
menunjukkan ranking propinsi tertinggi penderita gizi buruk berdasarkan
prosentase jumlah penduduk
No
|
Provinsi
|
1
|
Gorontalo
|
2
|
Papua
|
3
|
Kalimantan Barat
|
4
|
Nusa tenggara Timur
|
5
|
Sumatera Utara
|
6
|
Nusa Tenggara Barat
|
7
|
Sumatera Selatan
|
8
|
Sulawesi Selatan
|
9
|
Riau
|
10
|
Kalimantan Selatan
|
11
|
Sulawesi Tengah
|
12
|
Bangka Belitung
|
13
|
Kalimantan Tengah
|
14
|
Maluku
|
15
|
Maluku Utara
|
16
|
Kalimantan Timur
|
17
|
Sulawesi Utara
|
18
|
Banten
|
19
|
Bengkulu
|
20
|
Lampung
|
21
|
Sumatera Barat
|
22
|
DKI Jakarta
|
23
|
Sulawesi Utara
|
24
|
Jawa Timur
|
25
|
Jawa Tengah
|
26
|
Jawa Barat
|
27
|
Bali
|
28
|
DI Yogyakarta
|
29
|
Jambi
|
2.6
Pencegahan Gizi Buruk
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada
anak, yaitu:
1.
Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6
bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping
ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2.
Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein
12% dan sisanya karbohidrat.
3.
Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di
atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4.
Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa
ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah
pulang dari rumah sakit.
5.
Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera
berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan
untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah
terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan
vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang
baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan
kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala
kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian
hari
2.7
Penanganan Gizi Buruk
Orang yang
obesitas harus memilih program penurunan berat badan yang aman. Unsur-unsur
yang harus dipertimbangkan dalam memilih program penurunan berat badan yaitu:
ü Diet aman
dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan
protein).
ü Program
penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara
perlahan dan stabil.
ü Sebelum
sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan
secara menyeluruh.
Untuk diagnosa terjadinya gizi buruk, dokter biasanya akan
melakukan pemeriksaan :
ü Memeriksa
tinggi dan berat badan pasien untuk menentukan BMI (body mass index)
ü Melakukan
pemeriksaan darah untuk melihat ketidak normalan
ü Melakukan
pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada kelainan pada tulang dan organ
tubuh lain
ü Memeriksa
penyakit atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk
Untuk
penanganan gizi buruk. Dokter atau ahli gizi biasanya akan mengusulkan untuk
pengaturan pola makan, termasuk jenis dan jumlah makanan. Bila diperlukan dapat
juga diberikan suplemen atau vitamin untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin
yang kurang tersebut. Apabila penyebab gizi buruk karena penyakit atau kondisi
medis tertentu maka, terapi lain disarankan untuk menanganinya.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gizi buruk adalah bentuk terparah
(akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan terjadi
dalam waktu yang cukup lama.
Penyebab gizi buruk terdiri dari
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung, yaitu kurangnya asupan
gizi dari makanan, akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsungnya yaitu ketahanan pangan keluarga yang
kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang memadai, pelayanan kesehatan dan
lingkungan kurang memadai
Penduduk
Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang overweight diperkirakan
mencapai 76.7 juta jiwa (17.5%) dan pasien obesitas berjumlah lebih dari 9.8
juta jiwa (4.7%).
Secara umum di Indonesia terdapat
dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro.
Jenis gizi buruk terbagi menjadi
empat jenis yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-Kwashiorkor serta Obesitas.
Gizi buruk dapat disebabkan karena
kurangnya asupan gizi dan makanan terjadinya penyakit yang mengakibatkan
infeksi.
Gizi buruk dapat dicegah dengan cara
memberikan makanan yang bergizi tetapi sesuai dengan kebutuhan.
Penanganan gizi buruk dapat
dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi. Tetapi bagi penderita
obesitas dapat di tangani dengan cara mengatur pola makan, termasuk jenis dan
jumlah makanan dan diet yang aman dan dianjurkan.
3.2
Saran
Diharapkan bagi masyarakat agar
tidak tinggal diam jika melihat anak yang mengalami gizi buruk, dan sekiranya
dapat di laporkan ke posyandu atau puskesmas terdekat agar dapat segera di
tangani.
Ketidakseriusan pemerintah terlihat
jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan
kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap
membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan
tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak
didukung masyarakat itu sendiri.